Seluruh isi
langit memuji Alllah SWT. Kemudian Tuhan melihat rupa Adam. Setelah Adam
dinobatkan sebagai khalifah, beliau kemudian diarak ke dalam sorga
Janatul Firdaus. Namun, di dalam sorga tak seorang pun dia melihat yang
serupa dengannya sebagai seorang manusia.
Adam a.s. ingin
berisitirahat. Dia berbaring di atas lambung kanannya. Rasa kantuk
membuatnya tertidur. Allah SWT Maha Mengetahui isi hati setiap
makhluk-Nya. Demikian pula dengan keadaan Nabi Adam as., Allah SWT
mengetahui Adam a.s. berduka, karena tidak memiliki seorang teman yang
sejenis dengannya. Lalu diciptakanlah seorang manusia baru saat ia masih
tidur. Ciptaan yang baru itu adalah Hawa.
Tatkala ciptaan
itu sudah berwujud, Adam a.s. terjaga. Dia terpesona ketika melihat
seseorang yang begitu indahnya telah berada di sisinya. Adam a.s. pun
ingin menjabat tangan Hawa Allah SWT segera melarangnya,
"Hai Adam, jangan engkau jabat dia dulu Aku akan nikahkan saja engkau dengan dia."
Adam berkata
“Bahwa seluruhnya itu adalah anugerah dari Allah SWT juga, dan hamba-Mu
menjunjung apa-apa (yang menjadi) perintah-Mu."
"Allah SWT
memerintahkan para Malaikat, "Hai para Malaikat, bawalah oleh kamu baki
yang berisi emas, perak, mutiara, intan, dan manikam yang indah-indah ke
hadapan Adam dan Hawa. Bahwasanya Aku hendak menikahkan Adam dengan
Hawa."
Kemudian Allah SWT mengucapkan prakata menjelang pernikahan Adam dan Hawa:
"Segala puji
bagi Allah Ta’ala yang sangat besar Kebesaran-Nya. Bahwa seluruhnya itu
telah percaya terhadap-Ku. Dan segala puji-pujian bagi kekasih-Ku dan
pesuruh-Ku Telah bersaksi seluruh malaikat-Ku dan seluruh isi langit-Ku,
dan seluruh malaikat yang menanggung ‘Arsy-Ku, bahwasanya telah
Kunikahkan hamba-Ku Adam dan Hawa di atas langit-Ku dengan kudrat-Ku.
Bahwa Adam a.s. mengucap tasbih terhadap Aku, dan membesarkan Aku, dan
memuji terhadap Aku, yaitu dengan kemuliaan ayat Kursi. Dan bersaksilah
Aku bahwasanya Tiada Tuhan yang menjadikan segala sesuatu, hanya Aku
juga yang Maha Kuasa. Bahwasanya Adam khalifah-Ku dan Hawa itu
isterinya, dan berkenanlah ia (Hawa) untuk mengasihinya (Adam), dan
mereka seluruhnya beribadah kepada-Ku. Dan telah membawa imanlah mereka
itu terhadap Muhammad kekasih-Ku dan rasul-Ku yang Kubesarkan atas
segala sesuatu."
Pernikahan Adam dan Hawa
Allah SWT Yang
Maha Pengasih untuk menyempurnakan nikmatnya lahir dan batin kepada
kedua hamba-Nya yang saling memerlukan itu, segera memerintahkan
gadis-gadis bidadari penghuni sorga untuk menghiasi dan menghibur
mempelai perempuan itu serta membawakan kepadanya hantaran-hantaran
berupa perhiasan-perhiasan sorga. Sementara Itu diperintahkan pula
kepada malaikat langit untuk berkumpul bersama-sama di bawah pohon
"Syajarah Thuba", menjadi saksi atas pernikahan Adam dan Hawa.
Diriwayatkan
bahwa pada akad pernikahan itu Allah SWT berfirman: "Segala puji adalah
kepunyaan-Ku, segala kebesaran adalah pakaian-Ku, segcla kemegahan
adalah hiasan-Ku dan segala makhluk adalah hamba- Ku dan di bawah
kekuasaan-Ku. Menjadi saksilah kamu hai para malaikat dan para penghuni
langit dan sorga bahwa Aku menikahkan Hawa dengan Adam, kedua ciptaan-Ku
dengan mahar, dan hendaklah keduanya bertahlil dan bertahmid
kepada-Ku!".
Setelah akad
nikah selesai berdatanganlah para malaikat dan para bidadari menyebarkan
mutiara-mutiara yaqut dan intan-intan permata kemilau kepada kedua
pengantin agung tersebut. Selesai upacara akad, diantarlah Adam a.s
mendapatkan isterinya di istana megah yang akan mereka diami.
Hawa menuntut haknya. Hak yang disyariatkan Tuhan sejak semula.
“Mana mahar?" tanyanya, la menolak persentuhan sebelum mahar pemberian ditunaikan dahulu.
Adam a.s
bingung seketika. Lalu sadar bahwa untuk menerima haruslah sedia
memberi, la insaf bahwa yang demikian itu haruslah menjadi kaedah
pertama dalam pergaulan hidup. Sekarang ia sudah mempunyai kawan. Antara
sesama kawan harus ada saling memberi dan saling menerima. Pemberian
pertama pada pernikahan untuk menerima kehalalan ialah mahar. Oleh
karenanya Adam a.s menyadari bahwa tuntutan Hawa untuk menerima mahar
adalah benar. Pergaulan hidup antara laki-laki dan wanita akan berubah
menjadi persahabatan yang ‘kekal’ apabila disertai dengan mahar. Dan kini apakah bentuk mahar yang harus diberikan? Itulah yang sedang dipikirkan Adam.
Untuk keluar
dari keraguan, Adam a.s berseru: "Ilahi, Rabbi’ Apakah gerangan yang
akan kuberikan kepadanya? Emaskah, intankah, perak atau permata?".
"Bukan!" kata Tuhan.
"Apakah hamba akan berpuasa atau solat atau bertasbih untuk-Mu sebagai maharnya?" tanya Adam a.s dengan penuh pengharapan.
"Bukan!" tegas suara Ghaib.
Adam diam, mententeramkan jiwanya. Kemudian bermohon : "Kalau begitu tunjukilah hamba-Mu jalan keluar!".
Allah SWT
berfirman: "Mahar Hawa ialah shalawat sepuluh kali atas Nabi-Ku, Nabi
yang bakal Kubangkitkan yang membawa pernyataan dari sifat-sifat-Ku:
Muhammad, cincin permata dari para anbiya’ dan penutup serta penghulu
segala Rasul. Ucapkanlah sepuluh kali!".
Adam a.s merasa
lega. la mengucapkan sepuluh kali shalawat atas Nabi Muhammad SAW
sebagai mahar kepada isterinya. Suatu mahar yang bernilai spiritual,
karena Nabi Muhammad SAW adalah rahmatan lil ‘alamin (rahmat bagi
seluruh alam). Hawa mendengarkannya dan menerimanya sebagai mahar.
"Hai Adam, kini Aku halalkan Hawa bagimu", perintah Allah, "dan dapatlah ia sebagai isterimu!".
Adam a.s
bersyukur lalu memasuki isterinya dengan ucapan salam. Hawa menyambutnya
dengan segala keterbukaan dan cinta kasih yang seimbang.
Allah SWT.
berfirman kepada mereka: "Hai Adam, diamlah engkau bersama isterimu di
dalam sorga dan makanlah (serta nikmatilah) apa saja yang kamu berdua
ingini, dan janganlah kamu berdua mendekati pohon ini karena (apabila
mendekatinya) kamu berdua akan menjadi zalim". (Al-A’raaf: 19). Dengan
pernikahan ini Adam a.s tidak lagi merasa kesepian di dalam sorga.
Inilah percintaan dan pernikahan yang pertama dalam sejarah ummat
manusia, dan berlangsung di dalam sorga yang penuh kenikmatan. Yaitu
sebuah pernikahan agung yang dihadiri oleh para bidadari, jin dan
disaksikan oleh para malaikat.
Peristiwa
pernikahan Adam dan Hawa terjadi pada hari Jum’at. Entah berapa lama
keduanya berdiam di sorga, hanya Allah SWT yang tahu. Lalu kelak
keduanya diperintahkan turun ke bumi. Turun ke bumi untuk
menyebarluaskan keturunan yang akan mengabdi kepada Allah SWT dengan
janji bahwa sorga itu tetap tersedia di hari kemudian bagi hamba-hamba
yang beriman dan beramal soleh.
0 komentar:
Posting Komentar