Minggu, 04 Mei 2014

KISAH UMAR bin KHATAB. RA DAN GEMPA BUMI

KISAH UMAR bin KHATAB. RA DAN GEMPA BUMI.
Sebuah kisah , suatu kali di Madinah terjadi gempa bumi. Rasulullah SAW lalu meletakkan
kedua tangannya di atas tanah dan berkata, “Tenanglah … belum datang saatnya bagimu.” Lalu, Nabi SAW menoleh ke arah para … sahabat dan berkata, “Sesungguhnya Rabb kalian menegur kalian … maka jawablah (berbuatlah supaya Allah ridha kepada kalian)!”

Sepertinya, Umar bin Khattab RA mengingat kejadian itu. Ketika terjadi gempa pada masa
kekhalifahannya , ia berkata kepada penduduk Madinah, “Wahai Manusia, apa ini? Alangkah cepatnya apa yang kalian kerjakan (dari maksiat kepada Allah)? Andai kata gempa ini kembali terjadi, aku tak akan bersama kalian lagi”

Seorang dengan ketajaman mata bashirah seperti Umar bin Khattab bisa, merasakan bahwa kemaksiatan yang dilakukan oleh para penduduk Madinah, sepeninggal Rasulullah dan Abu Bakar As-Shiddiq telah mengundang bencana.

Umar pun mengingatkan kaum Muslimin agar menjauhi maksiat dan segera kembali kepada Allah. Ia bahkan mengancam akan meninggalkan mereka jika terjadi gempa kembali. Sesungguhnya bencana merupakan ayat-ayat Allah untuk menunjukkan kuasa- Nya, jika manusia tak lagi mau peduli terhadap ayat-ayat Allah.

Imam Ibnul Qoyyim dalam kitab Al-Jawab Al-Kafy mengungkapkan, “Dan terkadang Allah menggetarkan bumi dengan guncangan yang dahsyat, menimbulkan rasa takut, khusyuk,
rasa ingin kembali dan tunduk kepada Allah, serta meninggalkan kemaksiatan dan penyesalan atas kekeliruan manusia. Di kalangan Salaf, jika terjadi gempa bumi mereka berkata, ‘Sesungguhnya Tuhan sedang menegur kalian’.”

Khalifah Umar bin Abdul Aziz juga tak tinggal diam saat terjadi gempa bumi pada masa
kepemimpinannya . Ia segera mengirim surat kepada seluruh wali negeri, Amma ba’du, sesungguhnya gempa ini adalah teguran Allah kepada hamba- hamba-Nya , dan saya telah
memerintahkan kepada seluruh negeri untuk keluar pada hari tertentu, maka barangsiapa yang memiliki harta hendaklah bersedekah dengannya.”

“Allah berfirman, ‘Sungguh beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan tobat ataupun zakat). Lalu, dia mengingat nama Tuhannya, lalu ia sembahyang.” (QS Al-A’laa
[87]:14-15). Lalu katakanlah apa yang diucapkan Adam AS (saat terusir dari surga), ‘Ya Rabb kami, sesungguhnya kami menzalimi diri kami dan jika Engkau tak jua ampuni dan menyayangi kami, niscaya kami menjadi orang- orang yang merugi.” “Dan katakan (pula) apa yang dikatakan Nuh AS, ‘Jika Engkau tak mengampuniku dan merahmatiku, aku sungguh orang yang merugi’. Dan katakanlah doa Yunus AS, ‘La ilaha illa anta, Subhanaka, Tiada Tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau, inni kuntu minnadzolimiin sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang zalim’.”

Jika saja kedua Umar ada bersama kita, mereka tentu akan marah dan menegur dengan
keras, karena rentetan “teguran” Allah itu tidak kita hiraukan bahkan cenderung diabaikan.

Innalillahi wa inna ilaihi roji’un ..

Segala sesuatu adalah kembali kepada Allah sang Pemilik.

Dan dalam firman-Nya yang lain
Allah menegaskan bahwa apapun
yang terjadi di alam semesta ini
adalah sesuatu yang telah
ditakdirkan oleh-Nya. Allah Ta’ala
berfirman,

ﻣَﺎ ﺃَﺻَﺎﺏَ ﻣِﻦ ﻣُّﺼِﻴﺒَﺔٍ ﻓِﻲ ﺍﻟْﺄَﺭْﺽِ ﻭَﻟَﺎ ﻓِﻲ ﺃَﻧﻔُﺴِﻜُﻢْ ﺇِﻟَّﺎ ﻓِﻲ ﻛِﺘَﺎﺏٍ ﻣِّﻦ ﻗَﺒْﻞِ ﺃَﻥ ﻧَّﺒْﺮَﺃَﻫَﺎ ﺇِﻥَّ ﺫَﻟِﻚَ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻳَﺴِﻴﺮٌ

“Tiada suatu bencanapun yang
menimpa di bumi dan (tidak pula)
pada dirimu sendiri melainkan
telah tertulis dalam kitab Nya
sebelum Kami menciptakannya.
Sesungguhnya yang demikian itu
adalah mudah bagi Allah.” (Qs. Al
Hadid : 22)

↘ Allah Ta’ala juga berfirman,

ﻣَﺎ ﺃَﺻَﺎﺏَ ﻣِﻦ ﻣُّﺼِﻴﺒَﺔٍ ﺇِﻟَّﺎ ﺑِﺈِﺫْﻥِ ﺍﻟﻠَّﻪِ

“Tidak ada suatu musibah pun
yang menimpa seseorang kecuali
dengan ijin ALLAH.” (QS. At
Taghobun: 11)

ﺃَﻭَﻻَ ﻳَﺮَﻭْﻥَ ﺃَﻧَّﻬُﻢْ ﻳُﻔْﺘَﻨُﻮﻥَ ﻓِﻲ ﻛُﻞِّ ﻋَﺎﻡٍ ﻣَّﺮَّﺓً ﺃَﻭْ ﻣَﺮَّﺗَﻴْﻦِ ﺛُﻢَّ ﻻَ ﻳَﺘُﻮﺑُﻮﻥَ ﻭَﻻَ ﻫُﻢْ ﻳَﺬَّﻛَّﺮُﻭﻥَ

“Dan tidaklah mereka (orang-
orang munafik) memperhatikan
bahwa mereka diuji sekali atau
dua kali setiap tahun, dan mereka
tidak (juga) bertaubat dan tidak
(pula) mengambil pelajaran.”
(Qs. At Taubah : 126)

Saudaraku fillah,
Sebelum masa tangguh itu
berakhir … Sebelum Allah menegur
kita lebih keras, inilah saatnya kita
menjawab teguran-Nya..

Labbaika Ya Allah,.. kami datang
kembali kepada-Mu..

Wallahu a’lam bishawab

0 komentar:

Posting Komentar